Tugas Bahasa Indonesia Lambang Identitas Nasional dan Pidato Bung Tomo (UT)






1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Bahasa Indonesia sebagai lambang kebanggaan nasional dan Bahasa Indonesia sebagai lambang identitas nasional!?!

Lambang Kebanggaan Nasional

Bahasa Indonesia merupakan sebuah gagasan brilian dari para pendiri bangsa Indonesia. Di tengah kegamangan antara bahasa Belanda yang dianggap kaku dan simbol kolonialisme serta puluhan bahasa daerah yang bertebaran, mereka memutuskan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan--yang berakar pada bahasa Melayu. Indonesia, dapat dikatakan sebagai satu dari sedikit negara yang mencapai bahasa nasional tanpa banyak pertentangan, bahkan cenderung mudah diterima di banyak daerah. Karenanya sudah sepatutnya kita berbahasa Indonesia tanpa rasa malu dan rendah diri. Ambil contoh lebih berbangga dengan bahasa Inggris ketimbang bahasa Indonesia. Lagi pula, bukankah pada zaman pertengahan bahasa Inggris dianggap sebagai bahasa yang cemar dan memalukan dibanding bahasa latin. Di luar hal tersebut, bahasa Indonesia menjadi penting dan patut dibanggakan karena ia mencerminkan nilai-nilai kebudayaan masyarakat Indonesia, baik dari segi kekayaan bunyi maupun keragaman makna.
Lambang Identitas

Identitas berarti suatu ciri-ciri yang menunjukan jati diri. Dengan begitu, dapatlah kita maknai bahasa Indonesia sebagai lambang identitas karena perannya yang sangat penting mewakili karekteristik dan ciri manusia Indonesia. Bahasa, bukan hanya bunyi-bunyian yang tak teratur. Lebih dari itu, ia bisa melambangkan sifat, karakteristik, tingkah laku, dan watak penuturnya. Bahasa Indonesia berakar pada bahasa Melayau, khususnya Melayu Pasar atau Melayu Rendah. Hal ini menunjukan semangat perlawanan mada era kolonial, ketika para pendiri bangsa memilih jalan kerakyatan sebagai bagian perjuangan berbahasa. Ada hal lain yang menjadi ciri umum bahasa Indonesia, ia menyerap kata dan frasa dari berbagai bahasa di dunia dengan begitu lentur. Hal ini menunjukan karakter manusia Indonesia yang terbuka dan selalu siap menerima pengetahuan baru.

2. Tuliskan fungsi-fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.

Bahasa Resmi Negara

Dokumen negara baik berupa undang-undang, keputusan presiden, putusan pengadilan, hingga pidato kenegaraan mestilah menggunakan bahasa Indonesia. Hal itu sesuai amanat UUD 1945, Bab XV, pasal 36. Dengan demikian bahasa Indonesia sebagai simbol negera dapatlah tersampaikan dengan maksimal.

Bahasa Pengantar di Dunia Pendidikan

Bahasa Indonesia digunakan sebagai alat komunikasi anatar guru dan murid di ruang kelas mencakup setiap jenjang pendidikan (taman kanak-kanak hinggga universitas) dan di seluruh penjuru negeri tanpa terkecuali. Hal ini dimaksudkan agar pengetahuan universal dan tersampaikan melalui bahasa yang diyakini bersama sebagai bahasa persatuan.


Bahasa Penghubung Demi Kepentingan Pembangunan

Bahasa Indonesia digunakan sebagai alat komunikasi pemerintah pusat dalam berhubungan dengan masyarakat di berbagai daerah dalam konntesk ekonomi. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir distorsi pemahaman atas makna yang bisa jadi berbeda-beda jika menggunakan bahasa daerah masing-masing.

Alat pengembangan Iptek dan Kebudayaan

Bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana pengembangan kebudayaan nasional. Dengan begitu, kebudayaan nusantara yang terdapat ribuan ragam dapat tetap berkembang tanpa meninggalkan identitas aslinya dan juga tanpa meninggikan karakter kedaerahannya. Ia bertumbuh dalam bingkai besar keindonesiaan. Hal yang sama berlaku pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Persebaran pengetahuan nantinya akan bisa mencapai seluruh pelosok negeri dengan pemahaman yang sama berlandaskan bahasa Indonesia.

3. Setujukah Anda bila dikatakan bahwa bahasa itu indah, produktif, dan dinamis? Jelaskan pendapat Anda dan berikan masing-masing contohnya.
Ya, saya setuju.
Dalam hal bahasa bersifat produktif yakni meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi mampu menciptakan satuan-satuan bahasa yang bervariasi. Misalnya, fonem dalam bahasa Indonesia, /b/,/u/,/a/, dan /t/. Dari empat fonem tersebut dapat kita hasilkan satuan-satuan bahasa yang berbeda:
/b/-/u/-/a/-/t/
/b/-/a/-/t/-/u/
/t/-/u/-/b/-/a/
/t/-/a/-/b/-/u/
/b/-/u/-/t/-/a/
/b/-/a/-/u/-/t/
Selain itu, sifat bahasa yang produktif dan terus berkembang juga nampak dari perkembangan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Pada Edisi Pertama Tahun 1988, KBBI hanya memuat 62.100 lema dan bertambah menjadi 78.000 lema pada tahun 1991 (Edisi Kedua), serta mencapai 127.036 lema pada Edisi Kelima di tahun 2016.

Bahasa itu indah, maksudnya di dalam berbahasa manusia dapat menangkap keelokan bahasa baik dari segi kandungan nilai, rima, dinamika, maupun tempo. Pantun, puisi, lagu, esai, bahkan pidato dapat memancarkan sensasi keindahan bagi penikmatnya.
Contoh:
"Aku harap aku adalah malam, hingga aku bisa menatapmu terlelap bersama-sama seribu mata" (Plato)
Hidup kita adalah sungai,
Meluncur bebas
Menuju enigma,
Laut tak berbatas,
Sebuah pusara kosong!
Kesanalah segala kemegahan dan kemuliaan duniawi
Menggelinding, tertelan dan hilang
Dalam satu ombak pekat
(Jorge Manrique)

Bahasa bersifat dinamis sebab ia terus berkembang sesuai konteks sejarah dan kegunaannya. Misal, perubahan ejaan lama dalam Bahasa Indonesia dilatar belakangi oleh: soal teknis yang berkaitan dengan perlambangan setiap fonem yang cukup diwakili satu huruf; soal kepraktisan dalam kegiatan percetakan; ada pula soal politik kebangsaan yang berusaha mengajak Bahasa Indonesia menjadi kian independen dari leluhurnya Bahasa Melayu ataupun Bahasa Belanda. Salah satu contoh perubahan itu adalah "dj" berubah menjadi "j", sehingga kata "djarak" menjadi "jarak". Tidak hanya soal ejaan yang terbuka peluang untuk mengalami perubahan, namun juga soal makna.
Misal, dalam bahasa Inggris dikenal kata "Gentle". Pada akhir abad ke 12 hingga abad ke-13 kata ini dimaknai sebagai bangsawan atau orang yang lahir dari keluarga terhormat. Kata ini juga digunakan untuk membedakan suatu kelompok masyarakat dengan golongan petani sebagai kelas di bawahnya. Kata ini terus bergerak, yang dimaknai sebagai orang yang memakai baju zirah (ksatria) sebagaimana kebiasaan para bangsawan di masa itu, kemudian terus melangkah menjadi sebuah sikap yang menjunjung perilaku sopan santun—seperti seharusnya tingkah seorang ningrat. Namun sejak popularitas Kristen meluas, sikap sopan santun bukan hanya milik mereka yang berdarah biru melainkan setiap orang (Kristen); dan terus berlanjut pada era modern hingga menepikan batas-batas agama maupun derajat keluarga.

4. Isilah kolom yang kosong pada table berikut ini.


Keterampilan Berbahasa

Lisan
Tulis
Sifat
Menyimak
Membaca
aktif reseptif
Berbicara
Menulis
aktif produktif

Jelaskan isi atau maksud table tersebut dengan bahasa Anda secara efektif.?

Dalam keterampilan berbahasa terdapat empat kategori:

Menyimak
Menyimak adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat aktif reseptif. Jadi, bukan hanya mendengar bunyi-bunyian, melainkan ikut memahaminya dengan seksama.

Membaca adalah keterampilan memahami bahasa tulis yang bersifat aktif reseptif. Artinya kita menangkap makna dari sebuah teks dengan melihat bentuk dan karakteristiknya tanpa perlu mendengar atau berbicara. Namun demikian, keterampilan ini akan efektif jika seseorang telah mengenal sistem tulisan yang digunakan, kosakata, dan kelas kata yang tersedian dalam teks tersebut.

Berbicara
Berbicara adalah keterampilan berbahasa lisan yang bersifat aktif produktif. Artinya pelaku menciptakan (bukan hanya menerima) bunyi-bunyi secara jelas dengan tekanan nada dan sesuai sitem bahasa dan kosakat yang dipahami bersama.

Menulis
Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Pelaku megoreskan tanda-tanda, simbol, dan kuruf dalam sebuah media tertentu yang dimengerti oleh si penerima. Tulisan itu mesti mengungkapkan suatu gagasan yang utuh dan sesuai tata bahasa yang berlaku.

5.Tuliskan isi pidato Bung tomo yang dapat Anda unduh dari youtube dengan alamat http://www.youtube.com/watch?v=aEvPBfM7OSQ
Bismillahirrohmanirrohim..
MERDEKA!!!

Saudara-saudara, rakyat jelata di seluruh Indonesia, terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya. Kita semuanya telah mengetahui bahwa hari ini tentara inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua. Kita diwajibkan untuk, dalam waktu yang mereka tentukan, menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara jepang. Mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan. Mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera putih, tanda bahwa kita menyerah kepada mereka.
Saudara-saudara.
Di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau, kita sekalian telah menunjukkan bahwa rakyat Indonesia di Surabaya, pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku; pemuda-pemuda yang berawal dari Sulawesi; pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali; pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan; pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera; pemuda Aceh; pemuda Tapanuli; dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di surabaya ini--di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol. Telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana. Hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu, saudara-saudara, dengan mendatangkan presiden dan pemimpin-pemimpin lainnya ke Surabaya ini, maka kita ini tunduk utuk memberhentikan pentempuran. Tetapi, pada masa itu mereka telah memperkuat diri dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya.

Saudara-saudara. Kita semuanya. Kita bangsa indonesia yang ada di Surabaya ini, akan menerima tantangan tentara inggris itu dan kalau pimpinan tentara inggris yang ada di Surabaya ingin mendengarkan jawaban rakyat Indoneisa, ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indoneisa yang ada di Surabaya ini--dengarkanlah ini tentara inggris--ini jawaban kita, ini jawaban rakyat Surabaya, ini jawaban pemuda Indonesia kepada kau sekalian:

"Hai tentara Inggris, kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu. Kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu. Kau menyuruh kita membawa senjata-senjata yang telah kita rampas dari tentara Jepang untuk diserahkan kepadamu."

Tuntutan itu, walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada, tetapi inilah jawaban kita:

"Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih—merah dan putih—maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga."

Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah! keadaan genting!

Tetapi saya peringatkan sekali lagi! Jangan mulai menembak, baru kalau kita ditembak
maka kita akan ganti menyerang mereka itu. Kita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka.

Dan untuk kita saudara-saudara, lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!

Dan kita yakin saudara-saudara, pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita. Sebab, Allah selalu berada di pihak yang benar. Percayalah saudara-saudara, Tuhan akan melindungi kita sekalian.

Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
MERDEKA!!!



6.         Berikan/tulis pendapat Anda mengenai persamaan atau perbedaan semangat  nasionalisme para pemuda Indonesia ketika itu (masa perjuangan) dengan semangat  nasionalisme para pemuda Indonesia sekarang ini?


Saya kira besarnya rasa cinta akan searah dengan beban persoalaan yang menghampiri. Kecintaan pemuda pada masa itu kepada sesuatu yang bernama "Indonesia" adalah karena adanya imaji akan sebuah kebebasan dan kesejahteraan bersama setelah bertahun-tahun hidup dalam penindasan. Dengan begitu, "Indonesia" merupakan sebuah proyek yang tak boleh selesai. Ia mesti terus dirawat dan dieksplorasi demi terus menemukan gairah nasionalisme. Hari-hari ini, rasa cinta itu tentunya masih ada. Hanya saja persoalannya kembali pada dasar mengapa kita mencintai tanah air: hasrat kebebasan dan kesetaraan. Jika pada masa lalu alineasi itu jelas tergambar antara pribumi berkulit coklat dan kolonial berkulit putih, kini perbedaan dan ancaman kemerdekaan bisa datang dari berbagai warna kulit. Pemuda hari ini, terus merawat rasa nasionalisme dengan tetap menjunjung tinggi semangat kebebasan dan kesejahteraan bersama.


Komentar

Artikel Populer

Tugas Reading II: Baseball and Jazz

Latihan Reading: Immigration

Tugas Reading: Pearl Buck

Kurikulum dan Daftar Mata Kuliah Jurusan Satra Inggris Universitas Terbuka (UT)

Kurikulum dan Daftar Mata Kuliah Jurusan/Program Studi S1 Ilmu Hukum Universitas Terbuka (UT)

Latihan dan Tugas I - Tugas Akhir Program TAP (BING4500) Sastra Inggris

Latihan Reading: Membedakan Main Idea dan Topic

Kompilasi Soal Ujian UAS Structure I Universitas Terbuka (UT)